AYAH JANGAN AMBIL TANGANKU
Kisah ini khusus untuk ayah dan bunda.. yuk simak langsung kelanjutannya 👇
Puas memukul telapak
tangannya, si Ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Sedangkan sang Ibu
cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang
dilakukan suaminya.
Lain lagi dengan
pembantu rumah yang hanya bisa terbengong, tidak tahu harus berbuat apa. Cukup lama
si Ayah memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
Setelah merasa puas menghukum putrinya, si Ayah masuk kerumah diikuti isterinya,
pembantu terebut menggendong Nina, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat
telapak tangan dan belakang tangan Nina terluka dan berdarah. Pembantu rumah
memandikan anak kecil itu, dia ikut menangis. Sedang Nina menjerit-jerit
menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Tak lama kemudian, pembantu
rumah menidurkan Nina dikamarnya. Sang Ayah sengaja membiarkan anaknya tidur
bersama pembantu rumah. Keesokan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak.
Pembantu rumah itu mengadu kemajikannya.
“Oleskan obat
saja!.....”jawab tuannya. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan Nina yang
menghabiskan waktu dikamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada
anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si
ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
“Nina demam, bu.....”
jawab pembantunya singkat. “Kasih minum obat penurun demam saja!” jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur, dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat
anaknya Nina dalam pelukan pembantu, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk ke hari keempat, pembantu rumah memberitahu tuannya bahwa suhu badan Nina
terlalu panas.
“Sore hari kita bawa
keklinik. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya Nina yang
sudah lemah dibawa keklinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa kerumah sakit
karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari dirawat inap, dokter
memanggil bapak dan ibu anak itu.
“Tidak ada pilihan....”
kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan Nina dipotong karena
sakitnya sudah terlalu parah. “Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan
nyawanya, maka kedua tangannya harus
dipotong dari siku kebawah,...” kata dokter itu. Mendengar ucapan dokter, orang
tua Nina sangat terkejut bak tersambar halilintar disiang bolong. Terasa dunia
berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan lagi.
Sang ibu hanya bisa
meraung merangkul Nina yang masih nampak lemah. Dengan berat hati dan lelehan
air mata isterinya, si ayah bergetar saat menanda tangani surat persetujuan
pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis,
si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut
kasa putih. Ditatapnya wajah ayah dan ibunya. Kemudian kewajah pembantu yang
selama ini merawatnya. Nina mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.
Dalam siksaan menahan sakit, Nina bersuara lirih dalam linangan air mata.
“Ayah..... Ibu.....Nina
tidak akan melakukannya lagi. Nina tak mau lagi ayah pukul. Nina tak mau jahat
lagi.... Nina sayang ayah, sayang ibu,....” katanya berulang kali hingga
membuat derai air mata si ibu kian tak terbendung. “Nina juga sayang Mbok
Narti,” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu
meraung histeris.
“Ayah........
kembalikan tangan Nina, untuk apa diambil? Nina janji tidak akan mengulanginya
lagi! Bagaimana Nina mau bermain? Nina janji tidak akan mencoret-coret mobil
lagi,” katanya berulang-ulang.
Jantung si ibu merasa
copot mendengar kata-kata anaknya. Meski ia menangis meraung-raung, namun
suratan nasib yang sudah terjadi tidak dapat dicegah. Nasi sudah jadi bubur.
Kini..... si cantik Nina harus melanjutkan hidupnya tanpa kedua tangan, padahal
sampai sekarang pun ia masih belum mengerti, mengapa tangannya tetap harus
dipotong meski sudah minta maaf???
Baca juga Season sebelumnya 👈
Mari kita mengambil pelajaran penting dari secuil kisah ini, semoga kita semua bisa menjadi ayah dan ibu yang terbaik untuk anak-anak kita, terbaik bukan menurut kita, namun terbaik menurut Tuhan sang Maha Pencipta.
Baca juga Season sebelumnya 👈
Mari kita mengambil pelajaran penting dari secuil kisah ini, semoga kita semua bisa menjadi ayah dan ibu yang terbaik untuk anak-anak kita, terbaik bukan menurut kita, namun terbaik menurut Tuhan sang Maha Pencipta.
Jangan Lupa Likes, Follows and Comment as!👇👇👇
Sediiih......
ReplyDeleteBikin mewek
ReplyDeleteNgènèssssss
ReplyDeleteenggih..
ReplyDelete